Reformasinews.com – Perayaan Puncak Hari Pers Nasional dan Ulang Tahun Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) di Pekanbaru dihadiri 1.200 orang insan pers dari seluruh Indonesia.
Berbagai acara telah dimulai sejak 6 Februari di antaranya seminar olahraga, antikekerasan, pembangunan dan ekonomi serta perkembangan pers terbaru. Selain itu, dilakukan juga pembacaan ikrar wartawan yang dipimpin pembacaannya oleh wartawan senior Tribuana Said.
Namun, Perayaan Hari Pers Nasional ke-79 di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau menyoroti perpecahan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) akibat perbedaan prinsip sehingga kegiatan serupa diselenggarakan pada sejumlah tempat di nusantara.
Ketua Umum PWI Pusat Zulmansyah Sekedang menyampaikan pers di Indonesia tidak sedang baik-baik saja. Begitu juga di PWI tidak sedang baik-baik saja sehingga tahun ini dirayakan dengan rasa prihatin.
“Berbeda dengan sebelumnya, tahun ini perayaan HPN tak hanya di Riau tetapi juga digelar di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dan Solo, Jawa tengah. Ralitas ini pahit akibat terjadinya perbedaan prinsip penegakan integritas, yang membuat PWI tak baik-baik saja,” katanya.
Ia memohon maaf kepada seluruh insan pers yang terganggu dengan perpecahan PWI. Sejak lahir 9 Februari 1946 dengan peristiwa heroik dengan ironis kali ini dirayakan dalam suasana berbeda prinsip.
Apa boleh buat upaya islah telah kami lakukan dan sudah banyak menteri yang memfasilitasi, tetapi arah konsiliasi masih proses dan terus berupaya untuk memperingati HPN bersama lagi,” ujarnya.
Zulmansyah menyayangkan masalah tersebut harus terjadi di tengah tantangan pers akibat disrupsi media dengan kemajuan teknologi dan digitalisasi. Namun demikian pihaknya tetap menanamkan optimistisme menjaga integritas pers yang dibawa Djamaluddin Adinegaro.
“Kita tetap berupaya di era digitalisasi ini tetap konsisten mempertahankan pers sebagai pilar keempat demokrasi. Tahun depan semoga HPN bisa kita rayakan bersama lagi,” tuturnya.* Dikutif dari merahputih.com.