Pasalnya, volume sampah di Koll Bengkulu terus mengalami kenaikan. Sehingga perlu diolah menjadi hal yang bermanfaat agar mengurangi volume sampah. Namun di Kota Bengkulu sendiri, sistem pengolahan sampah masih sangat sederhana.
Hal ini diungkapkan Kepala Bidang Pengolahan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bengkulu Rusman, Kamis (4/4).
“Pengolahan sampah di TPA Air Sebakul masih sangat sederhana. Di daerah lain itu pengolahan sampah bisa dimanfaatkan kembali, bisa kita jadikan pupuk kompos. Itu juga bisa berguna untuk perawatan di Dinas Pertamanan kita,” ujar Rusman.
Jelaa Rusman, teknologi dinilai sangat membantu dalam mengurangi volume sampah yang ada di TPA Air Sebakul Bengkulu.
“Teknologi itu bisa menggiling bisa menyaring, jadi sampah yang telah kita timbun itu bisa kita manfaatkan kembali untuk pupuk kompos,” jelasnya.
Menyiasati hal ini, DLH terus Mendorong dan menggerakkan warga untuk membangun budaya memilah sampah mulai dari rumah tangga, memanfaatkan kembali bahan-bahan anorganik dan melakukan pengomposan untuk sampah organik.
Upaya Pemkot Lainnya Dalam Pengelolaan Sampah
Pada tahun 2023, Pemerintah Kota (Pemkot) Bengkulu melakukan pertemuan dan kerjasama Investor dari perusahaan Swiss Green Projects terkait pengelolaan sampah menjadi bahan bakar minyak (BBM) serta gas. Dengan investasi mencapai Rp600 miliar rupiah.
Dana investasi akan dialokasikan untuk membeli mesin pengurai sampah yang mampu mengubah 40 ton sampah menjadi BBM berkualitas tinggi dengan angka oktan mencapai 95. Hal ini bertujuan guna menjaga lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil konvensional.
Berdasarkan penjelasan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bengkulu Riduan. Realisasi proyek tersebut direncanakan pada tahun ini, namun masih menunggu persiapan lahan yang akan dibebaskan.
Ia juga menjelaskan permohonan anggaran pembebasan lahan untuk tahun 2024 telah diajukan ke DPRD. Saat ini, pihaknya sedang melakukan pengkajian untuk menaksir biaya pembebasan lahan sebelum anggaran resmi diajukan.
“Fokus tahun ini adalah melakukan kajian anggaran sebelum memulai proyek. dan anggaran akan disesuaikan melalui APBD perubahan,” tuturnya.
Mengenai hal ini, ia optimis setelah pengkajian selesai dan lokasi pembebasan lahan diketahui, proyek tersebut dapat segera dimulai dalam tahun ini. Investasi dijadwalkan akan direalisasikan pada tahun 2024, dengan pemerintah kota Bengkulu menyiapkan lahan seluas minimal 4 hektar sebagai lokasi pembangunan pabrik pengelolaan sampah tersebut.
Maka dari itu, diharapkan inisiatif ini tidak hanya menjadi solusi bagi pengelolaan sampah Kota Bengkulu, namun juga dapat memberikan inspirasi bagi daerah lain dalam menerapkan solusi ramah lingkungan untuk mengatasi permasalahan lingkungan dan energi. (MCKB)
Sebelumnya, Riduan juga menyampaikan bahwa sampah-sampah yang memiliki nilai ekonomis tetap bisa diambil oleh masyarakat sekitar.
Sedangkan sampah yang tidak memiliki nilai ekonomis akan diolah menjadi 3 produk yaitu minyak, gas dan energi listrik yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Swiss Green Projects ini, ingin membantu pemerintah kota dalam pengolaan sampah yang berada di TPA. Pemilahan sampah organik dan non organik ini akan dilakukan dengan menggunakan mesin pengolaan sampah, sehingga dapat diolah menjadi gas, minyak dan listrik,” kata Riduan.
Sementar itu, Investor dari Swiss Green Projects, Frederic Haase menyampaikan bahwa dengan teknologi swiss dapat membantu mengolah sampah yang kaya manfaat untuk digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
“Teknologi Swiss bisa membantu pengolaan sampah yang tidak memiliki ekonomis menjadi minyak, gas dan listrik. Disamping itu, tujuannya juga membantu warga sekitar yang berada di TPA memiliki pekerjaan yang baik, serta tidak menginginkan anak-anak bekerja juga di TPA. Akan tetapi mereka harus tetap sekolah agar bisa mendapatkan pekerjaan yang baik kedepannya,” ujar Frederic. (If*)