” Pengendalian Inflansi Berbuah Manis”

oleh -40 Dilihat

Oleh: Yusrizal

Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu yang menyebabkan penurunan daya beli serta peningkatan biaya Hiduf.

Penyebabnya bisa dari sisi permintaan (permintaan naik) atau biaya produksi (biaya naik), sementara dampaknya menurunkan daya beli masyarakat, tapi bisa menguntungkan produsen. 

Tiga bahan pokok –

Terjadinya kenaikan ketiga kebutuhan bahan pokok seperti cabai, telur, bawang dan menjadi keluhan perbincangan emak- emak saat berbelanja di pasar.

Kenaikan harga tersebut biasanya akibat pasokan kurang harga pun melonjak. Kelangkaan gas melon 3 kg di tingkat pangkalan dan warung juga memengaruhi inflasi.

Provinsi Bengkulu sepuluh dari provinsi di Sumatera, merupakan provinsi yang cukup signifikan menurunkan angka inflasi. Keberhasilan pengendalian inflasi di tahun 2025, Provinsi Bengkulu dinobatkan peringkat dua terbaik di Sumatera, dan Sumsel meraih peringkat satu.

Capaian keberhasilan tersebut tentu hasil kerja keras TPID dan TP2 DD Pemprov Bengkulu, kabupaten, kota serta peran kebijakan Bank Indonesia( BI) Perwakilan Bengkulu.

Ungkapan tersebut dikatakan Kepala Bank Indonesia Perwakilan Bengkulu, Wahyu Yuwana Hidayat pada Forum Koordinasi High Level Meeting (HLM) TPID dan TP2DD yang diinisiasi Pemerintah Provinsi Bengkulu bersama Bank Indonesia Perwakilan Bengkulu, di salah hotel di Kota Bengkulu, Senin 15 Desember 2025.

Capaian prestasi pengendalian inflasi yang diraih tersebut menjadi tantangan dan motivasi bagi pemangku kebijakan(stoke holder) untuk terus menjaga stabilitas kebutuhan harga pangan di daerah ini.

Senergi dan Kerja Keras Tim*

Keberhasilan tersebut juga tak lepas dari kerja keras Tim TPID dan TP2DD Provinsi Bengkulu melalukan berbagai langkah konkret, seperti operasi pasar, penguatan distribusi bahan pokok, hingga aksi pengendalian lainnya.

Rakoor High Level Metting ini  mengusung dua topik masalah. Pertama, Tim Pengendalian Inflasi Daerah, dan kedua Tim Percepatan dan Percepatan Digitalisasi Daerah (TP2DD).

Dua hal ini menjadi sangat penting, kenapa, ini menjelang akhir tahun dimana dirasa banyak tantangan yang terkait dengan pengendalian inflasi, khususnya menjelang hari besar keagamaan nasional karena permintaan kebutuhan masyarakat tinggi.

Bengkulu per November, inflasinya berada di angka 2,72. ” Jadi, targetnya inflasi kita 2,5 plus minus 1. “Kita (Bengkulu) berada di classmidle yang ideal yang berada ditengah- tengah,” tegas Wahyu saat menyampaikan laporan kinerja BI dalam menangani inflasi.

PJ Sekprov Bengkulu Herwan Antoni mengapresiasi dan ucapan terima kasih kepada Bank Indonesia Perwakilan Bengkulu, juga kabupaten, kota dan Tim TPID dan TP2 DD yang mengantarkan  Provinsi Bengkulu meraih peringkat dua menurunkan pengendalian inflasi di Sumatera pada tahun 2025.

Tim TPID selalu melaksanakan upaya-upaya untuk pengendalian inflasi secara bersama. Yang perlu dilakukan, kata Herwan, pemantauan harga dan ketersediaan kebutuhan stok pangan di pasar.

HLM ini menjadi forum strategis dalam menjaga stabilitas ekonomi daerah sekaligus mendorong transformasi digital yang berkelanjutan.

Rakoor ini difokuskan pada penguatan mitigasi inflasi, khususnya dalam mengantisipasi potensi kenaikan harga bahan kebutuhan pokok menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.

Selain itu, Forum HLM ini juga membahas evaluasi kinerja pengendalian inflasi tahun 2025 serta perumusan kebijakan pengendalian inflasi dan digitalisasi daerah untuk tahun 2026.

Pengendalian inflasi dan percepatan digitalisasi daerah tidak dapat berjalan sendiri. Diperlukan sinergi yang kuat antara pemerintah daerah, Bank Indonesia, serta seluruh pemangku kepentingan agar kebijakan yang dihasilkan benar-benar berdampak pada kesejahteraan masyarakat.

Pada November 2025, inflasi tahunan (year on year/yoy) Provinsi Bengkulu tercatat sebesar 2,68 persen, relatif stabil dan sedikit di bawah inflasi nasional yang berada pada angka 2,72 persen.

Sementara itu, inflasi bulanan (month to month/mtm) tercatat sangat rendah, yakni 0,04 persen.

Sampai November 2025, TPID Provinsi Bengkulu telah melaksanakan sebanyak 865 kali Operasi Pasar Murah serta melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke pasar dan distributor untuk memastikan ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga.

Bank Indonesia turut mendukung upaya pengendalian inflasi melalui mobilisasi distribusi pangan lewat program Ado Galo Mobile guna meredam gejolak harga komoditas strategis seperti cabai, bawang, dan minyak goreng.

Bank Indonesia Bengkulu berkomitmen mendukung pemerintah daerah dalam menjaga stabilitas harga melalui penguatan sisi pasokan dan distribusi.

Disamping itu mendorong percepatan elektronifikasi transaksi pemerintah daerah sebagai fondasi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

Sektor pangan masih menjadi tantangan utama, khususnya pada komoditas volatile food seperti cabai merah yang terdampak gangguan cuaca dan distribusi.

TPID Provinsi Bengkulu telah menyusun roadmap pengendalian inflasi jangka menengah tahun 2025–2027 dengan fokus pada mitigasi risiko volatile food, penguatan kerja sama antar daerah.

Juga peningkatan praktik budidaya pertanian yang baik (good agricultural practices), optimalisasi logistik, serta peningkatan intensitas Operasi Pasar Murah Gabungan (OPIGPM).

Inovasi Wakaf Produktif Pesantren (Wakaf Tren) juga didorong sebagai instrumen pendukung peningkatan kapasitas produksi pangan daerah.

Menurut Herwan Antoni, BI Bengkulu dan Pemprov telah melaksanakan kerjasama dengan Provinsi Jawa Tengah pada bulan Agustus lalu, dimana Provinsi Jateng yang dianggap berhasil dalam pengendalian inflasi.

HLM yang digelar dipenghujung tahun 2025 dihadiri BPS, Bulog, Bank Bengkulu, instansi vertikal, Forkopimda, para bupati dan walikota se Provinsi Bengkulu serta undangan lainnya.

Keberhasilan pengendalian inflasi yang dilakukan Pemprov bersama BI Bengkulu dan para pemangku kebijakan daerah ini, hasilnya ” Berbuah Manis”.

*Penulis Pempred reformasinews.com