Pagi Minggu 25 Mei 225, sebanyak 31 wartawan dari berbagai media online, cetak dan elektronik yang tergabung dalam wartawan ekonomi Bank Indonesia( BI) perwakilan Bengkulu meluncur ke Kabupaten Rejang Lebong.
Rombongan kami(wartawan) dibagi tiga kendaraan mini bus, dan tiga kendaraan dari pihak humas BI. Kurang lebih tiga jam menempuh perjalan dari Kota Bengkulu, tibalah rombongan kami di Desa IV Suku Menanti Kecamatan Sindang Dataran Kabupaten Rejang Lebong yang memproduksi kopi Lestari.
Sebelum menuju desa tujuan, kami rehat sejenak makan siang di Lesehan” Pancur”. Usai makan dan solat zohor, perjalan dilanjutkan.
Menuju desa tersebut jalannya agak sempit berliku, ada jurang- jurang agak” ekstrim”, juga terlihat banyak tumbuh tanaman aren.
Sekitar setengah jam perjalanan, rombongan kami tiba, dan disambut oleh pak Supriyadi pengusaha mikro Kopi Lestari yang kini ” naik daun” . Karena harga bubuk kopi saat ini melambung tinggi.
Pak Supriyadi dan istrinya menyambut kedatangan rombongan kami dengan ramah. Kami pun disuguhi makanan ringan seperti jagung,kacang, dan ubi jalar semua direbus tanpa digoreng.
Sebelum punya usaha kopi bubuk Lestari, Suryadi sebelumnya bercerita mengaku buruh bangunan pada tahun 2012.
Pada tahun itu, dia memulai memproduksi kopi bubuk sekala kecil. Kopi bikinannya dititip di toko- toko sekitar Kita Curup Rejang Lebong. ” Awalnya saya bikin kopi bubuk sekitar lima kiloan setiap hari.
Namun usaha perdana itu gagal,” kenang Supriyadi membagi cerita. Namun, ia pun tak menyerah walau usahanya gagal namun tetap optimis untuk melanjutkan usahanya kelak akan berhasil.
Di tahun 2012 , lanjut Supriyadi, ia bertemu dengan orang Bank Indonesia( BI) Perwakilan Bengkulu.
” Dalam pertemuan itu, pihak BI menanya saya, apa yang perlu dibantu. Singkat cerita, saya dibantu peralatan lengkap oleh BI untuk membikin kopi kemasan berlebel ” Kopi Lestari” yang tahun lalu meraih juara dua jenis kopi rebusta peringkat nasional pada even pameran di Jakarta.
Pada pameran juga diikuti kopi dari Lampung dan daerah lainnya. ,” kata Supriyadi seraya menambahkan kopi bubuk yang dihasilkannya dipetik merah dan hasil rostingan sendiri
Berkat bantuan dan binaan dari BI, usaha bubuk kopi Supriyadi sudah dikenal di tingkat nasional bahkan masuk nominasi dunia.( wordcoffe)
Seiring perjalanan dan tekad usaha yang digelutinya, kini Supriyadi telah memiliki 5 hektar kebun kopi di desanya. Pada kesempatan tersebut juga para wartawan menanyakan jenis kopi baik itu robusta maupun arabika kepada Supriyadi
Kopi Lestari, lanjut Sypriyadi, selain dijual ke Jakarta, juga Palembang dan beberapa daerah lainnya. Supriyadi juga kini ikutan mempromosikan usaha kopi Lestari nya via online.
Di tempat terpisah, reformasinews.com sempat mewawancarai istri Supriyadi, Salbia( 50).
“Asal nama bubuk kopi yang diproduksinya ini diambil dari nama anaknya, Lestari. Alhamdulilah kamu kini telah punya 5- 6 hektar kebun kopi.
Awalnya hanya seperempat hektar saja,,” ujar Salbia yang sudah pergi umrah bersama keluarganya. * By : Yusrizal wartawan reformasinews.com